Thursday 25 March 2010

Pendidikan Seks Pada Remaja


"MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA TIDAK BERARTI MENDORONG MEREKA UNTUK MELAKUKAN  HUBUNGAN SEKS"

Seringkah kita mendengar ada yang tauran pelajar, seringkah saat ini kita mendengar pelajar yang membuat kerusuhan, dan bandingkan dengan selintingan berita mengenai pelajar yang hamil diluar nikah karena terjeremus dalam perilaku seks yang beresiko. Apakah bentuk kenakalan remaja saat ini semakin bergeser, ataukah ada peranan media masa dalam melaluikan publikasi terhadap kenakalan remaja saat ini?......  

Nah, kalau sekiranya kenakalan remaja bergeser pada pergaulan seks beresiko, maka pertanyaan yang  mungkin akan muncul dalam benak kita adalah "Apa dan siapa yang menyebabkan ini semua ini terjadi?" apakah model pendidikan yang kurang tepat menjadi penyebabnya?, apakah ada padangan yang keliru terkait memberikan pendidikan kepada remaja dari lingkungan keluarga dan masyarakat ?, ataukah karena banyaknya informasi yang cenderung mengandung konten prono pada sistem informasi digital yang lebih mudah diakses (Audio & Vidio)?
Dari dahulu hingga kini, masih seringkali kita mendengar bahwa pembicaraan mengenai seks dan/ atau seksualitas adalah pembicaraan yang tabu, tidak pantas serta tidak perlu dibahas. Pendapat mengenai pembahasan atau pendidikan mengenai seks dan seksualitas bagi sebagian besar orang menganggap itu tidak diperkenankan, karena beranggapan bahwa pendidikan mengenai seks dan seksualitas pada remaja akan mendorong mereka untuk melakukan serta menapilkan perilaku seks yang beresiko.

Seks dan seksualitas merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan fisik serta emosi pada remaja. Bila anggapan serta sikap itu terus dipertahankan, maka jelas remaja tidak akan pernah mendapat pemahaman yang memadai mengenai seks dan seksualitas,  Mengapa remaja tidak berhak atau tidak boleh mendapatkan informasi yang tepat dan komprehensif berbagai perubahan yang akan atau sudah terjadi pada tubuh serta perasaannya ?

Banyaknya pemikiran orang-orang yang mengatakan bahwa “kelak, remaja akan mengetahuinya sendiri” memberikan pernyataan secara tidak langsung bahwa remaja akan mendapatkan informasi seks dan seksualitas pada saat yang tepat yaitu setelah remaja itu menikah. Faktanya, sebelum remaja mengetahui itu dengan sendirinya, berbagai resiko reproduksi sudah dapat mereka hadapi bahkan telah mereka alami. 

Didasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Laurike terhadap data sekunder, didapatkan bahwa tren hubungan seksual yang dilakukan diluar status pernikahan pada remaja dari tahun 2007 - 2015 semakin meningkat terutama pada remaja laki-laki. Penelitian lain yang dilakukan PKBI JABAR pada tahun 2009 di kota Bandung mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah salah satunya dikarenakan remaja tidak mengenal dampak dari perilaku seks beresiko. Meningkatnya jumlah remaja yang melakukan hubungan seksual beresiko, adanya kasus remaja yang melakukan tindakan aborsi karena mengalami kehamilan diluar nikah, adanya kasus remaja yang terjangkit penyakit menular seksual tanpa mereka mengetahuinya, merupakan dampak dari minimnya informasi yang tepat mengenai kesehata seksual dan reproduksi yang dikarenakan sekolah, keluarga, serta masyarakat menganggap bahwa bahwa remaja kelak akan tahu dengan sendirinya. 
           Pertanyaan selanjutnya adalah pendidikan seks yang seperti apa yang efektif utnuk mencegah terjadinya perilaku seksual beresiko pada remaja?. Pertanyaan seperti ini mungkin seringkali memnuhi benak kita dalam menanggapi pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja.

Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Remaja?
            Banyaknya individu dewasa seperti orang tua, guru, pemuka masyarakat, dan tokoh pemuda yang tidak siap membantu remaja menghadapi suatu masa yang seringkali kita sebut masa pubertas. Akibatnya remaja tidak cukup memiliki pengetahuan serta keterampilan untuk menghadapi berbagi macam perubahan, gejolak, serta masalah yang sering kali timbul pada masa remaja. Remaja kemudian terjebak dalam masalah, fisik, psikologis, dan emosional yang kadang-kadang sangat merugikan seperti stress, ketertarikan fisik pada lawan jenis, kehamilan diluar nikah, serta penyakit menular seksual. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila kita sebagai individu dewaa mampu memahami berbagai macam kebutuhan perkembangan remaja dalam menghadapi persoalan pubertas, seksualitas, serta kesehatan reproduksi.
            Pemberian pendidikan seks bagi remaja diperlukan karena remaja pada umumnya masih tidak memahami selak beluk mengenai seks itu sendiri, dan pendidikan ini sebenarnya diperlukan untuk; (1) meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang dewasa mengenai pentingnya kesehatan reproduksi remaja, (2) mempersiapkan remaja menghadapi dan melalui masa pubertas yang seringkali menghambat remaja untuk berkembang, (3) melindungi remaja dari berbagai resiko perilaku seksual pranikah seperti infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS, serta Kehamilan diluar nikah, serta (4) membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja melalui sekolah maupun luar sekolah.
            Banyaknya informasi yang beredar mengenai informasi seksual yang ada dilingkungan perkembangan remaja menjadikan informasi yang didapat pada umumnya tidak dapat dipertanggung jawabkan efek sampingnya. Berbagai media yang kini telah berkembang, menjadikan informasi mengenai seks sangat mudah untuk diakses dan dikonsumsi oleh siapa saja terlepas itu remaja atau bukan. Dengan memberikan informasi yang penting dan benar pada remaja menyangkut kesehatan reproduksi, dengan bergitu remaja akan lebih memahami perkembangan serta perubahan yang sedang dialaminya dan siap untuk menghadapinya. Kesiapa yang dimiliki oleh remaja akan membawa remaja pada keterampilan remaja menghadapi permasalahan yang dialaminya secara wajar. Pengetahuan akan kesehatan reproduksi ini akan menjadi dasar yang kuat bagi remaja untuk mengambil  keputusan-keputusan yang penting yang menyangkut kesehatan reproduksinya.

Apakah dengan pendidikan ini dapat mengurangi jumlah remaja yang melakukan perilau seks diluar nikah?
            Suatu forum yang membahas mengenai permasalahan remaja di internet berpendapat bahwa remaja saat ini adalah remaja yang menjadi bulan-bulanan ksemaksiatan. Hal itu di karenakan dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh sahabat anak remaja (SAHARA) Indonesia Foundation mengungkapkan bahwa sedikitnya 38,288 remaja di kabupaten Bandung pernah melakukan hubungan seks diluar nikah (seks bebas), demikian pula dengan remaja usia 14 – 24 tahun di manado mengungkapkan 151 laki-laki dan 146 perempuan terbukti 26,6 melakukan seks bebas. Demikianpun dengan Sukabumi lebih dari 30% pelajar dari Sukabumi Jawa Barat diduga telah melakukan seks diluar nikah. Hasil survei yang dilakukan oleh dari hasil penelitian, Annisa Fondationdidapatkan bahwa 42,3% remaja Cianjur lakukan seks sebelum nikah. Direktur Annisa Foundation, Laila Sukmadevi mengatakan, penelitian dilakukan selama enam bulan mulai Juli hingga Desember 2006 dengan melibatkan sekitar 412 responden yang berasal dari 13 SMP dan SMA negeri maupun swasta di Cianjur dan Cipanas. (Hidayatullah.com 12/02/2007). Perilaku seks bebas di kalangan remaja banyak dipicu oleh media porno yang bisa mereka peroleh dengan mudah. Mulai dari tabloid esek-esek, komik dewasa, film porno, sampe cyberporn yang berkeliaran di dunia maya. Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia (PSH UII) mengungkapkan, dari 202 responden remaja (15-25 tahun), sekitar 15% nya pernah melakukan hubungan seks. Mereka mengaku sebelumnya terpengaruh oleh tayangan pornografi baik melalui internet, VCD, TV atau bacaan porno. Bahkan 100 persen dari responden mendapatkan gagasan dari VCD porno. (Eramuslim, 09/09/03).
Kenapa Mesti remaja? Karena, Memang tak lagi mengherankan, jika yang jadi subyek dan obyek buat ngibarin bendera pornografi sebagian besar adalah remaja. Musti gitu? Sepertinya pangsa pasar remaja buat mamerin hal-hal berbau syahwat dan nafsu udah menduduki top rank. Menjamurnya VCD porno mahasiswa dan anak SMA, maraknya tabloid yang nyetak gambar-gambar sisi gelap remaja, novel-novel bertajuk kehidupan malam, dan segala hal yang menjurus ke sana, udah jadi bukti bahwa remaja sekarang jadi aktor sekaligus penikmat pornografi. Penyebab dari semua ini adalah bertebarannya bermacam media yang sarat ama pornografi udah jadi rahasia umum. Media cetak yang pengen ngeraup untung besar juga ga kalah nampangin gambar-gambar seronok. Dengan harga segelas es cendol aja?anak-anak jalanan, SMP dan SMA bisa dapat tuh, foto dan gambar full color yang berpose sensual dan nantang (emang mau tinju). Belum lagi dengan situs-situs “gelap” yang keliatan “terang” banget di kalangan pornoholic. Kompas Cyber Media (2002) ngelaporin kalo jumlah domain internet yang kadaluwarsa tiap bulannya bertambah dari 750.000 per-bulan menjadi 2.250.000 perbulannya. Nah, situs-situs ini dikumpulin ama tukang tadahnya internet (traffic aggregator) lalu dibeli dan ngarahin lalu lintas web ke situs porno yang tentunya free censored?.
Sebagian besar remaja kita saat ini mulai menganggap wajar pergaulan bebas diantara mereka. Tanpa malu lagi, mereka bergandengan tangan, berpelukan dan berciuman di tempat-tempat umum. bahkan sebagian dari mereka ada yang berani lebih dari sekedar itu. Maka wajar kalau kemudian para penderita penyakit menular seperti AIDS, HIV, PMS dll. banyak berjangkit pada remaja. Gaya hidup seks bebas ikut ambil bagian dalam menyuburkan penyebaran HIV. Dan lagi-lagi remaja yang paling getol menekuni kehidupan gaya hidup yang memuja syahwat ini. Usia remaja yang lagi hot-hotnya berekspresi, mendorong mereka untuk lebih mengenal cinta dan seks. Hasilnya, cukup memprihatinkan. Berdasarkan hasil survei perusahaan kondom pada 2005 di hampir semua kota besar di Indonesia dari Sabang hingga Merauke, tercatat sekitar 40%–45% remaja antara 14–24 tahun menyatakan secara terbuka bahwa mereka telah berhubungan seks pranikah (Sindo, 10/05/07). Walaupun saat ini, kampanye safe sex with condom gencar disuarakan berbagai pihak demi memutus rantai penyebaran virus HIV. Seolah ‘karet pengaman’ itu nggak bisa ditembus oleh HIV. Padahal kenyataan menunjukkan sebaliknya. Pakar AIDS, R, Smith (1995), setelah bertahun-tahun mengikuti ancaman AIDS dan penggunaan kondom, mengecam mereka yang telah menyebarkan safe sex dengan cara menggunakan kondom sebagai “sama saja dengan mengundang kematian”. Selanjutnya beliau mengetengahkan pendapat agar risiko penularan/penyebaran HIV/AIDS diberantas dengan cara menghindari hubungan seksual di luar nikah (Republika, 12 November 1995).
Selain HIV dan penyakit menular seksual (PMS), perilaku seks bebas juga rawan akan tekanan psikis. Kebanyakan remaja cuman pengen enaknya aja yang sesaat, tapi nggak mau dengan anaknya. Cowoknya nggak mau tanggung jawab, yang ceweknya juga malu kalo ketahuan hamil duluan. Solusinya, aborsi alias pengguguran kandungan. Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan penelitian, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi. Jika dihitung pertahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Kalo udah ditinggalin pacar, ceweknya bisa depresi karena menanggung aib seorang diri. Kepalang tanggung, nggak diantara mereka yang akhirnya terjerumus dalam dunia prostitusi karena ngerasa udah nggak suci lagi.
Melalui pendidikan seks sejak dini, diharapkan remaja dapat mendapatkan informasi serta secara cepat dan tepat. Perubahan akan akses media yang menggambarkan pornografi dan pornoaksi, pergeseran usia kematangan, serta perubahan akan social budaya yang ada menjadikan remaja sangat beresiko untuk terjerumus pada dunia seks bebas. Dengan dasar pendidikan sebagai upaya mengembangkan remaja untuk mengerti dan memahami akan perubahan yang terjadi pada diri remaja, baik itu perubahan secara fisik, psikis, serta social memberikan remaja keterampilan salam memcahkan permasalahan yang dihadapinya, serta membantu remaja untuk memperoleh kematangan dalam penyesuaian diri yang well adjustment

Pendidikan seks yang memiliki pengertian mengenai suatu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa, dan disini pendidikan seks merupakan sebuah diskusi yang realistis, jujur dan terbuka bukan merupakan dikte moral belaka. Dalam pendidikan seks diberikan pengetahuan yang faktual, menempatkan seks pada perspektif yang tepat, berhubungan denganselfesteem (rasa penghargaan terhadap diri), penamaan rasa percaya diri difokuskan pada peningkatan kemampuan dan mengambil keputusan (Pratiwi, 2004).
 Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak. Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.

Referensi:
Agus, Wilopo Siswanto. 2007. Perilaku seksual pra nikah kalangan remaja kian meningkat. [Online]. Tersedia: http://www.kapanlagi.com/h/0000068983_print.html
BKKBN. 2007. SDKI. [Onlien]. Tersedia: http://sulbar.bkkbn.go.id/program.php?catid=18.
Duta Sekolah. 2008. Lindungi Remaja dari Kehamilan yang Tidak Diinginkan, Infeksi Menular Seksual, dan HIV/AIDS. [Online]. Tersedia: http://dutasekolah.org/site3/?p=5
Imran. 1999. Perkembagan seksualitas remaja. Jakarta: BKKBN.
Saif. 2008. Seks Under Skul. [Online]. Tersedia: http://dutasekolah.org/Seks_under_skul.html

0 komentar: